Tuesday, May 11, 2010

Melange

Melange merupakan kelompok campuran batuan Pra Tersier dari berbagai jenis dan umur batuan yang berbeda – beda (berkisar antara 120 – 65 jt th), yang telah mengalami proses deformasi (ubahan) baik pada struktur maupun komposisinya. Kelompok batuan yang disebut tektonik mélange terdiri atas percampuran dari berbagai satuan batuan dengan hubungan struktur dan stratigrafi yang tidak koheren, terdiri dari fragmen atau blok batuan ofiolitik, batuan metamorfik derajat rendah dan metasedimen yang tercampur dalam massa dasar lempung yang tergerus (pervasively sheared). Kenampakan rekahan gerus dengan permukaan berupa cermin sesar (slickenside), blok batuan exotic dan native berukuran dari ratusan meter hingga dapat dipetakan, mengambang dalam massa dasar yang lebih halus, yakni terdiri dari lempung abu – abu gelap hitam yang mempunyai sifat tergerus.

Batuan penyusun mélange umumnya terdeformasi secara intensif dari berbagai kejadian, fasies dan umur yang tersingkap berulang dan berubah secara tiba – tiba pada jarak yang relatif dekat. Adanya gejala tumbukan lempeng litosfer menyebabkan terbentuknya kelompok tatanan geologi yang kompleks dan menghasilkan percampuran kelompok batuan tersebut.




Olistostrom adalah kelompok batuan yang terbentuk karena adanya pengendapan material-material sedimen pada cekungan-cekungan yang terbentuk oleh sesar-sesar naik akibat deformasi batuan (pada zona melange). Kelompok batuan pada olistotrom ini dapat merupakan fragmen batuan-batuan (olistolith atau exotic block) yang mengambang dalam massa dasar lempung. Batuan olistostrom dapat disebut juga sebagai sedimentary melange, dikarenakan proses terbentuknya tadi yang berada di cekungan-cekungan hasil proses deformasi pada melange. Oleh karena itu dalam rekaman stratigrafi kelompok batuan yang melange akan berada di bawah dari kelompok batuan olistotrom.

Olistostrom merupakan unit stratigrafi yang umumnya dapat dibedakan antara formasi di atasnya dengan di bawahnya oleh adanya kontak deposisional. Akan tetapi dengan adanya ophiolite, chert, batuan metamorf dan sedimen yang didominsasi oleh matrik pelitik yang tertembus dan terpotong memungkinkan disebut sebagai melange atau olistostrom yang tergerus.



Sumber : http://geologikita.blogspot.com

Monday, May 10, 2010

Bahaya Gunung Api

Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya yang langsung oleh letusan gunungapi adalah :
1. Leleran lava
Leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauhjangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukuplamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.

2. Aliran piroklastik (awan panas)
Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian,letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas darimagma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan alirandapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.

3. Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukuptinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah anginkemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalantertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapatmenggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.

4. Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancamanlangsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5. Gas vulkanik beracun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2,HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.


Bahaya sekunder, terjadi setelah atau saat gunungapi aktif:
1. Lahar Hujan
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungaiyang dilaluinya dan merusak infrastruktur.

2.Banjir bandang
Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.

3.Longsoran vulkanik
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempa bumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat Longsoran vulkanik.